Rabu, 16 Oktober 2013

Penggunaan Metode Eksperimen Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA (PTK pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Limusgede, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012


A.    Judul
Penggunaan Metode Eksperimen Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA (PTK pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Limusgede, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012
B.     Nama Penulis
Titi Rosmayati
C.    Bidang Kajian
Eksak pada Mata Pelajaran IPA
D.    Abstrak

Abstrak
Kata Kunci: Pembelajaran IPA, Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar, Siswa Kelas II SD, Metode Eksperimen  
         Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas II II SD Negeri 1 Limusgede, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, yang disebabkan oleh pengelolaan KBM kurang efektif dan efisien. Akibatnya prestasi belajar siswa di kelas ini kurang mencapai sasaran. Salah satu faktor penyebabnya adalah metode yang digunakan guru pada saat itu, kurang tepat dan tidak bervariasi, sehingga aktivitas belajar siswa terkesan monoton. Untuk mengatasinya digunakan metode eksperimen. Uji coba upaya ini dilakukan melalui prosedur penelitian tindakan kelas oleh guru dan siswa di kelas ini, yang berkolaborasi dengan teman sejawat yang sama kepentingannya dalam hal ini. Setelah dilaksanakan selama tiga siklus pembelajaran IPA, baik aktivitas maupun prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, ada baiknya upaya seperti ini terus menerus dilakukan, agar semakin lama tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran IPA di kelas II dapat tercapai oleh siswa yang menjadi subjek penelitian ini. Ada baiknya pula hasil penelitian ini didayagunakan pula oleh guru lain yang berminat menindaklanjuti kasus serupa.
E.     Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
 Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Tujuan pendidikan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 2 tahuan 1989 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan bangsa (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998: 3). Tujuan pendidikan nasional ini sangat luas dan bersifat umum sehingga perlu dijabarkan dalam Tujuan Institusional yang disesuaikan dengan jenis dan tingkatan sekolah yang kemudian dijabarkan lagi menjadi tujuan kurikuler yang merupakan tujuan kurikulum sekolah yang diperinci menurut bidang studi/mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran (Purwanto, 1988 :2). Tujuan instruksional dijabarkan menjadi Tujuan Pembelajaran Umum dan kemudian dijabarkan lagi menjadi Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).
Dalam mencapai Tujuan Pembelajaran Khusus pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar, khususnya di SD Negeri 1 Limusgede masih banyak mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran IPA dibandingkan dengan nilai beberapa mata pelajaran lainnya, mata pelajaran IPA peringkat nilainya menempati urutan paling bawah dari enam mata pelajaran yang diebtanaskan, bertitik tolak dari hal tersebut di atas perlu pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan yang harus dilalukan agar siswa dalam mempelajari konsep-konsep IPA tidak mengalami kesulitan, sehingga tujuan pembelajaran khusus yang dibuat oleh guru mata pelajaran IPA dapat tercapai dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Oleh sebab itu penggunaan metode pembelajaran dirasa sangat penting untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep IPA.
Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan menyampaikan materi pelajaran.
Sedangkan penggunaan metode eksperimen diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan, di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan.yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini fokus masalahnya tertuju pada “Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Limusgede, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012”.
b.      Rumusan Masalah   
Pokok masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini, sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah langkah-langkah menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas II SD Negeri 1 Limusgede?
2.      Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Limusgede setelah mengikuti pembelajaran IPA yang disajikan dengan menggunakan metode eksperimen?
c.       Tujuan Perbaikan
Tujuan mengadakan penelitian in, yaitu untuk:
1.      mengetahui langkah-langkah menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas II SD Negeri 1 Limusgede.
2.      mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Limusgede setelah mengikuti pembelajaran IPA yang disajikan dengan menggunakan metode eksperimen.

F.     Tinjauan Pustaka
  1. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai berikut:
1.      Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
2.      Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3.      Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4.      Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurn dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5.      Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan  metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).
  1. Proses Belajar Mengajar IPA
Proses dalam pengertian di sini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 200: 5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000: 4). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.
  1. Prestasi Belajar IPA
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian prestasi belajartersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA.
  1. Metode Eksperimen
Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengertahuan, maka segala sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas digunakan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaulasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mamapu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cra berpikir yang ilmiah (scientific thinking). Dengan eksperimaen siswa menemukan bukti keberanaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan teknik eksperimen itu efisien dan efektif, perlu pelaksana memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
2.      Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
3.      Kemudian dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsetrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
4.      Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memeproleh pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
5.      Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah yang mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakina manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Bila siswa akan melaksanakan suatu eksperimen perlu memperhatikan prosedur sebagai berikut:
1.      Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus mehami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.
2.      Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang:
-          Alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalma percobaan.
-          Agar tidak mengalami kegagalan siswa perlu mengetahui variable-variabel yang harus dikontrol dengan ketat.
-          Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung.
-          Seluruh proses atau hal-hal yang penting saja yang akan dicatat.
-          Perlu menetapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian, perhitungan, grafik dan sebagainya.
3.      Selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
4.      Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan ke kelas, dan mengavaluasi dengan tes atau sekedar Tanya jawab.
Metode eksperimen kerap kali digunkan karena memiliki keunggulan ialah:
1.      Dengan eksperimen siswa berlatih menggunanakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percayha apdda sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.
2.      Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat, hal mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, di mana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.
3.      Siswa dalam melaksanakan proses sendiri kebenaran sesuatu teori, sehigga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.
  1. Metodologi Penelitian
a.      Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1.   Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di kelas V SD Negeri 1 Limusgede Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.   Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
3.   Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi KelasV SD Negeri 1 Limusgede Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan, di sitar rumah dan  sekolah melalui pengamatan..
b.      Rancangan Penelitian
Penelitian ini mengikuti rangcangan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart  (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.






 









                                                                               Gambar 3.1 Alur PTK


Penjelasan alur di atas adalah:
  1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
  2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode eksperimen .
  3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
  4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
            Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
c.       Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan belajar dengan metode eksperimen, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.
d.      Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
  1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan            :      = Nilai rata-rata
                           Σ X   = Jumlah semua nilai siswa
                                       Σ N   = Jumlah siswa


2.   Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
     

H.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
  1. Hasil Penelitian
Siklus I
a)   Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b)    Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 April 2011 di Kelas V dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:    
Tabel 4.2. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus I
NO
NAMA SISWA
SKOR
KETERANGAN
T
TT
1
Subjek 1
60

TT
2
Subjek 2
30

TT
3
Subjek 3
80
T

4
Subjek 4
60

TT
5
Subjek 5
40

TT
6
Subjek 6
80
T

7
Subjek 7
70
T

8
Subjek 8
80
T

9
Subjek 9
80
T

10
Subjek 10
70
T

11
Subjek 11
60

TT
12
Subjek 12
80
T

13
Subjek 13
50

TT
14
Subjek 14
100
T

15
Subjek 15
70
T

16
Subjek 16
70
T

17
Subjek 17
80
T

18
Subjek 18
70
T

19
Subjek 19
80
T

20
Subjek 20
60

TT
21
Subjek 21
80
T

22
Subjek 22
70
T

23
Subjek 23
50

TT
                              

Keterangan:          T                                                          : Tuntas
TT                                                        : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas                    : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas         : 8
Klasikal                                               : Belum tuntas
        
                     Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I
No
Uraian
Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
68,26
15
65,22

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode eksperimen diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,29 dan ketuntasan belajar mencapai 70,59% atau ada 24 siswa  dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 70,59% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode eksperimen.

Siklus II
a)   Tahap perencanaan
Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b)   Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2011 di Kelas II dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
                  Tabel 4.4. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus II
NO
NAMA SISWA
SKOR
KETERANGAN
T
TT
1
Subjek 1
80
T

2
Subjek 2
60

TT
3
Subjek 3
60

TT
4
Subjek 4
70
T

5
Subjek 5
70
T

6
Subjek 6
90
T

7
Subjek 7
70
T

8
Subjek 8
80
T

9
Subjek 9
80
T

10
Subjek 10
70
T

11
Subjek 11
60

TT
12
Subjek 12
80
T

13
Subjek 13
70
T

14
Subjek 14
90
T

15
Subjek 15
80
T

16
Subjek 16
90
T

17
Subjek 17
90
T

18
Subjek 18
80
T

19
Subjek 19
80
T

20
Subjek 20
60

TT
21
Subjek 21
80
T

22
Subjek 22
70
T

23
Subjek 23
60

TT

Keterangan:          T                                                          : Tuntas
TT                                                        : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas                    : 18
Jumlah siswa yang belum tuntas         : 5
Klasikal                                               : Belum tuntas               
             Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus II
No
Uraian
Hasil Siklus II
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
74,78
18
78,26

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 74,78 dan ketuntasan belajar mencapai 78,26% atau ada 18 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan prestasi belajarsiswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode eksperimen.
Siklus III
a)   Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b)    Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2011 di Kelas II dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut.  
                Tabel 4.6. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus III
NO
NAMA SISWA
SKOR
KETERANGAN
T
TT
1
Subjek 1
80
T

2
Subjek 2
60

TT
3
Subjek 3
60

TT
4
Subjek 4
90
T

5
Subjek 5
90
T

6
Subjek 6
90
T

7
Subjek 7
90
T

8
Subjek 8
80
T

9
Subjek 9
90
T

10
Subjek 10
80
T

11
Subjek 11
80
T

12
Subjek 12
80
T

13
Subjek 13
70
T

14
Subjek 14
100
T

15
Subjek 15
80
T

16
Subjek 16
90
T

17
Subjek 17
90
T

18
Subjek 18
80
T

19
Subjek 19
90
T

20
Subjek 20
80
T

21
Subjek 21
100
T

22
Subjek 22
80
T

23
Subjek 23
60

TT

Keterangan:     T                                                          : Tuntas
TT                                                        : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas                    : 20
Jumlah siswa yang belum tuntas         : 3
Klasikal                                               : Tuntas     

      Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus III
No
Uraian
Hasil Siklus III
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
82,60
20
86,95

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 82,60 dan dari 23 siswa yang telah tuntas sebanyak 20 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,95% (termasuk kategori tuntas).  Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan prestasi belajarpada siklus III ini dipengaeruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar dengan metode eksperimen sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
c.    Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan Penerapan metode eksperimen. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1)      Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2)      Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3)      Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4)      Prestasi belajarsiswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d.   Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan belajar dengan metode eksperimen dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta prestasi belajarsiswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan
a.    Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode eksperimen memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 65,22%, 78,26%, dan 86,95%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
b.   Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
c.    Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA pada pokok bahasan perubahan mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan, di sitar rumah dan  sekolah melalui pengamatan. dengan metode eksperimen yang paling dominan adalah mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah belajar dengan metode eksperimen dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

I.       Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.   Langkah-langkah pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen telah memberi dampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Limusgede yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,22%), siklus II (78,26%), siklus III (86,95%).
  1. Penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Limusgede yang ditunjukan dengan rata-rata prestasi belajar seperti di atas. Demikian pun terhadap motivasi belajar siswa di kelas ini telah memberi dampak yang baik, seperti terungkap dari jawaban siswa hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengn metode eksperimen sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
J.      Daftar Pustaka
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Saliwangi, B. 1988. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.