A. Judul
Peningkatan Kemampuan
Siswa dalam Menguasai Materi Ajar Matematika Tentang Pembagian Bilangan Angka Dua
Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) (PTK pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Limusgede, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis
Tahun Pelajaran 2009/2010)
B. NamaPenulis
TitiRosmayati
C. BidangKajian
Matematika
D. Abstrak


Kata
Kunci:
Materi Ajar MatematikatentangPembagianBilanganAngkaDua, KemampuanSiswa,
dan Model PembelajaranKooperatifTipeNumbered Heads Together (NHT)
Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam
pembelajaran mata pelajaran Matematikatentangmateri ajar
pembagianbilanganangkaduayang telah dilakukan guru dan siswa
kelas II SD Negeri 1 Limusgede, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis. Dalam proses
pembelajaran yang telahberlangsungantarsiswakurangterjadisalingbelajar. Hal
inikarena guru kurangmemberikesempatankepadasiswauntukmelakukanitu.Kondisisepertiini, eratkaitannyadenganpenggunaan model pembelajaran. Untuk
mengatasi masalah tersebut, digunakan model
pembelajarankooperatiftipeNumbered Heads
Together (NHT). Ada duapokokmasalah yang
diajukandalampenelitianini, yakniberkaitandenganlangkah-langkahpenggunaan model
pembelajaran yang diupayakan, danefektivitaspenggunaan model pembelajarantersebutdalammeningkatkankemampuansiswa.
Prosedur yang ditempuh untuk membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut, makadilakukanlahpenelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut,
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusnya menempuh tahapan perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Setelah melakukan penelitian ini dapat
diambil simpulan bahwa kemampuansiswakelas II SD Negeri 1
Limusgedemeningkatdalammenguasaimateri ajar
matematikatentangpembagianbilanganangkaduasetelahdigunakan model pembelajarankooperatiftipeNumbered Heads Together (NHT).
E. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Salah
satu mata pelajaran yang harus dikelola secara profesional oleh setiap guru di
sekolah dasar, yaitu matematika. Melalui pengelolaan yang demikian ini,
diharapkan dapat mengantar siswa pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan dimaksud umumnya mengarah pada penguasaan dasar-dasar matematika.
Penguasaan siswa terhadap dasar-dasar tersebut, sangat penting, baik untuk
bekal hidupnya maupun untuk memudahkan
proses belajar mata pelajaran ini selanjutnya pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
Tuntutan
di atas, telah dan sedang diupayakan, termasuk oleh guru kelas II SD Negeri 1
Limusgede. Upaya tersebut, ada yang berhasil mengantarkan siswa pada tingkat
pemahaman tertentu. Ada pula yang kurang berhasil, seperti ketika mengantarkan
seluruh siswa agar mampumelakukan
pembagian bilangan angka dua. Baik upayanya yang berhasil maupun
yang kurang berhasil, hal ini perlu terus diusahakan oleh guru, tentunya dengan
segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mendayagunakan berbagai komponen
penentu terjadinya proses belajar siswa menuju ke arah
yang diinginkan. Komponen dimaksud, meliputi: siswa, tujuan, materi pokok,
kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber belajar, dan penilaian. Dalam
mendayagunakan komponen-komponen tersebut, perlu diperhatikan pula model
pembelajaran apa yang memungkinkan terjadinya proses belajar siswa secara
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Hal ini sangat penting. Terlebih
lagi ketika mengupayakan kekurangberhasilan siswa dalam menguasaimateri ajar pembagian
bilangan angka dua.
Berdasarkan
hasil refleksi awal, dapat diketahui bahwa proses belajar siswa ketika
mempelajari materi ajar pembagian bilangan angka dua tampak kurang bermakna,
tidak terjadi saling belajar, tidak berani bertanya jawab dengan guru, dan
terkesan acuh tak acuh. Akibat hal ini masih wajar bagi siswa yang memiliki
tingkat kecerdasan yang tinggi. Akan tetapi, bagi sebagian besar siswa yang
kurang cerdas, akibatnya bukan sekadar mengalami kesulitan tetapi juga pada
perolehan nilai pemahamannya kurang mencapai tarap nilai yang diinginkan dalam
kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Upaya
yang dipandang sebagai alternatif yang tepat untuk mengatasi masalah ini, tidak
sedikit. Namun di antara upaya tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe numbered to gether dipandang paling tepat. Besar harapan melalui
model pembelajaran yang diupayakan ini, proses belajar siswa sesuai dengan
tujuan di dalamnya, yakni mengaktifkan, mengkreatifkan, mengefektifkan, dan
menyenangkan siswa. Demi tercapainya setiap harapan tersebut, apa yang harus
dilakukan guru dan siswa tidak boleh bersebrangan arah dengan ketentuan. Hal
ini sebagaimana dikemukakan Asher (2010: 114) bahwa “Dalam kegiatan belajar
mengajar, aktivitas guru dan siswa tidak boleh bersimpangan dengan model yang
didayagunakan untuk mencapai tujuan. Jika ini terjadi, mustahil tujuan yang
diharapkan akan tercapai”. Agar tidak terjadi masalah yang tidak diharapkan
ini, perlu kiranya guru dan siswa lebih dulu memahami tugas pokok dan fungsi
masing-masing berkaitan dengan suatu model pembelajaran, seperti dikemukakan
Kunandar (2009: 52) bahwa “Dalam suatu model pembelajaran terdapat peran serta
guru dan siswa secara aktif. Guru yang perlu lebih dulu memahaminya akan
menjadi penentu pemahaman siswa terhadap proses belajar yang harus ditempuh”.
Bertolak
dari keseluruhan uraian di atas, apa yang menjadi masalah dan solusinya cukup
jelas. Atas dasar itu yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut guna membuktikan sejauh mana solusi yang diupayakan ini
dapat memberi dampak yang positif, baik
terhadap perubahan perilaku belajar siswa maupun tingkat pemahamannya
terhadap materi ajar pembagian bilangan angka dua.
b.
Rumusan
Masalah
Pokokmasalah yang diajukandalampenelitianinidirumuskanmelaluiduapertanyaanberikut.
1.
Bagaimana langkah-langkah menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) untukmeningkatkan
kemampuansiswadalammemahamimateri ajar
matematikatentangpembagianbilanganangkadua?
2.
Apakah penggunaan
model pembelajarankooperatiftipeNumbered
Heads Togetherdapatmeningkatkanpemahaman siswaterhadapmateri
ajar matematikatentangpembagianbilanganangkadua?
c. Tujuan Penelitian
Tujuandalammelakukanpenelitian in, yaitu untuk:
1.
mengetahui langkah-langkah menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) untukmeningkatkan
kemampuansiswadalammemahamimateri ajar
matematikatentangpembagianbilanganangkadua;
2.
mengetahuipenggunaan
model pembelajarankooperatiftipeNumbered
Heads Togetherdapatmeningkatkanpemahaman siswaterhadapmateri
ajar matematikatentangpembagianbilanganangkadua.
F. KajianTeoridanHipotesisTindakan
a. KajianTeori
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe inidikembangkan oleh Kagen dalam
Ibrahim (2000: 28) bahwa “Dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih dititikberatkan pada
pelibatan siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut”. Pendapat lain dikemukakan Ibrahim (2000: 28) bahwa “Model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT)
merupakan suatu pendekatan untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran”.
Menurut Ibrahim
(2000: 29) tiga tujuan yang hendak dicapai dalam model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT), yaitu: (1) untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, (2) agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, (3) untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain
berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan
ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Selain adanya
ciri-ciri di atas juga terdapat beberapa ciri lainnya dari model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT), seperti dikemukakan Ibrahim
(2000: 29), yaitu: “(1) Kelompok hetrogen, (2) setiap anggota kelompok memiliki
nomor kepala yang berbeda-beda, dan (3) berpikir bersama (Heads Together)”. Menurut Kagan (2007: 73) bahwa “Model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) secara tidak
langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan
cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan,sehingga siswa lebih produktif
dalam pembelajaran”. Lebih jelasnya mengenai hal itu tampak seperti pada tabel
berikut.
Tabel 1Sintaks
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT)
Fase-fase
|
Perilaku Guru
|
Perilaku Siswa
|
Fase 1
Penomoran
(Numbering)
|
Guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan 3-5 orangdan memberi siswa nomor.
|
Setiap siswa
dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda,sesuai dengan jumlah siswa di dalam
kelompok.
|
Fase 2
Pengajuan
Pertanyaan (Questioning)
|
Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswasesuai dengan materi yang sedang dipelajari
yang bervariasi dari yangspesifik hingga bersifat umum dan dengan
tingkat kesulitan yang bervariasi.
|
Siswa menyimak
dan menjawab pertanyaan
|
Fase 3
Berpikir Bersama (Heads Together)
|
Guru
memberikan bimbingan bagi kelompok siswa yang membutuhkan.
|
Siswa berpikir
bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota
dalam timnya sehinggasemua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing
pertanyaan.
|
Fase 4
Pemberian
Jawaban (Answering)
|
1.
Guru menyebut salah satu nomor
2.
Guru secara random memilih kelompok
yang harus menjawab pertanyan tersebut
|
Setiap siswa
dari tiapkelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
untuk seluruh kelas
Siswa yang
nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan
berdiri untuk menjawab pertanyaan
|
Adapun pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT), yaitu
:
1) Tahap Pendahuluan
Langkah 1: Penomoran (Numbering):
a)
Guru membagi para siswa menjadi beberapa
kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orang dan memberi mereka nomor,
sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda.
b)
Menginformasikan materi yang akan
dibahas atau mengaitkan materi yang dibahas dengan materi yang lalu.
c)
Mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran dan menjelaskan apa yang akan dilaksanakan.
d)
Memotivasi siswa, agar timbul rasa ingin
tahu siswa tentang konsep-konseo yang akan dipelajari.
2) Kegiatan Inti
Langkah 2: Pengajuan
Pertanyaan (Questioning)
a)
Menjelaskan materi secara sederhana.
b)
Mengajukan suatu pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang
bersifat umum.
Langkah
3: Berpikir Bersama (HeadsTogether)
a)
Siswa memikirkan pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
b)
Para siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
Langkah 4: Pemberian Jawaban
a)
Guru menyebutkan (memanggil) suatu
nomor dari salah satu kelompok secara acak.
b)
Siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan.
c)
Siswa menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas,ditanggapi oleh kelompok lain.
d)
Jika jawaban dari hasil diskusi kelas sudah
dianggap betul siswa diberi kesempatan untuk mencatat dan apabila jawaban masih
salah, guru akan mengarahkan.
e)
Guru memberikan pujian kepada siswa atau
kelompok yang menjawab betul.
3) Penutup
a)
Melakukan refleksi.
b)
Guru membimbing siswa menyimpilkan
materi.
c)
Siswa diberikan tugas untuk diselesaikan
dirumah dan mengerjakan kuis.
Ada beberapa manfaat dari model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) bagi siswa
yang hasil belajar rendah, seperti dikemukakan Lundgren dalam Ibrahim (2000:
18), antara lain:
1)
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2)
Memperbaiki kehadiran
3)
Penerimaan terhadap individu menjadi
lebih besar
4)
Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5)
Konflik antara pribadi berkurang
6)
Pemahaman yang lebih mendalam
7)
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi
8)
Hasil belajar lebih tinggi
Selain itu, model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) tidak terlepas dari kelemahan,
di antaranya: (1) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru,
(2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru, (3) kelas cenderung jadi
ramai, dan jika guru tidak dapatmengkondisikan dengan baik,keramaian itu dapat
menjadi tidak terkendali.
2.
ArtiPembagian dalamMatematika
Terdapat
lebih dari satu cara mendefinisikan pembagian. Berikut ini adalah beberapa
definisi pembagian matematika.
1.
Pembagian sebagai kebalikan perkalian
alamiah.
2.
Pengertian pembagian sebagai pengurangan
berulang.
3.
Pembagian sebagai pengali.
b. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah,
kajian teori, dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut “Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ajar matematika tentang pembagian bilangan angka
dua”.
G. MetodologiPenelitian
a. Metode Penelitian
Dalam proses pemecahan masalah penelitian ini digunakan metode penelitian
tindakan kelas (PTK). MenurutKunandar (2008: 45) bahwa
penelitian tindakan kelas didefinisikan suatu penelitian
tindakan (actionresearch) yang
dilakukan oleh guru di kelasnya bersama-sama dengan orang lain (kolabolator)
dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatement) tertentu dalam suatu
siklus.Sejalan dengan pendapat ahli tersebut, Syamsuddin dan Damaianti (2008: 228) mengemukakan,
bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah bentuk penelitian yang dilakukan
secara kolaboratif dan partisipatif. Artinya, peneliti tidak melakukan
penelitian secara sendiri, akan tetapi berkolaborasi dan berpartisipasi dengan
sejawat atau kolega yang berminat sama dalam hal permasalahan penelitian.
b. Teknik Pengumpulan Data
Ada
beberapa teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data yang dibutuhkan.
Pemilihan teknik-teknik tersebut didasarkan pada pendapat Kunandar (2008: 274) yang
mengemukakan bahwa “Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas
biasanya meliputi observasi, tes, wawancara, dan diskusi.”
c. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 1 Limusgede, Tahun
Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 22 orang, yang terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan. Subjek lainnya, yaitu satu orang pengamat yang berasal dari guru kelas II di sekolah
ini.
d. Desain Penelitian
Desain dalam penelitian tindakan kelas disebut juga pola yang diikuti
peneliti sebagai langkah konkret merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan
merefleksi tindakan setiap siklus yang telah berlangsung (Kunandar, 2008: 84).
e. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul,
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat
kecenderungan yang terjadi dalam KBM pembagian bilangan angka dua dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dilaksanakan dalam dua siklus.
1.
Data perencanaan tindakan peningkatan kemampuan siswa dalam KBM
matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua yang disajikan
dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) untuk setiap siklusnya, dianalisis dianalisis
secara deskriptif dengan menggunakan teori dan teknik persentase. Kemudian
hasilnya dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik, baik, cukup baik, kurang
baik, dan tidak baik.
2.
Data pelaksanaan tindakan dalam KBMmatematika tentang materi ajar
pembagian bilangan angka dua yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dianalisis
secara deskriptif dengan menggunakan teori dan teknik persentase. Hasil
analisis data melalui teknik presentase ini dikategorikan dalam klasifikasi
sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik.
3.
Data peningkatan kemampuan siswa dalam KBM matematika tentang materi ajar
pembagian bilangan angka dua yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dianalisis
secara deskritif dengan menggunakan teori menulis pesan singkat dan teknik
Patokan Acuan Penilaian (PAP). Hasil dari pengolahan teknik tersebut
diklasifikasikan dalam kategori sangat mampu, mampu, cukup mampu, kurang mampu,
dan tidak mampu.
H. HasilPenelitiandanPembahasan
a. Siklus1
Siklus 1 terdiri dari empat
tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replanning, seperti berikut ini.
1.
Perencanaan
(Planning)
Pada
tahap perencanaan (planning) tindakan
siklus 1,menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
1)
Tim peneliti melakukan analisis
kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) .
2)
Membuat rencana KBM matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua yang disajikan
dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT).
3)
Membuat lembar kerja siswa.
4)
Membuat instrumen yang digunakan dalam
PTK siklus 1.
5)
Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2.
Pelaksanaan
(Acting)
Pada saat awal siklus 1
pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan berikut.
1)
Sebagian kelompok belum terbiasa dengan
kondisi belajar berkelompok.
2)
Sebagian kelompok belum memahami
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) secara utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi masalah di atas
dilakukan upaya sebagai berikut.
1)
Guru dengan intensif memberi pengertian
kepada siswa kondisi dalam berkelompok, kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa
dalam kelompok.
2)
Guru membantu kelompok yang belum
memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) .
Pada akhir siklus 1 dari hasil
pengamatan guru dan kolaborasi dengan
teman sejawat dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)
Siswa mulai terbiasa dengan kondisi
belajar kelompok.
2)
Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT).
3)
Siswa mampu menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT), memiliki langkah-langkah tertentu.
3.
Observasi
dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil
observasi dan evaluasi pada siklus 1 diperoleh gambaran sebagai berikut.
1)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam
PBM selama siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Perolehan
Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Kelompok 1
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 2
|
12
|
16
|
75
|
|
Kelompok 3
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Kelompok 4
|
10
|
16
|
63
|
|
Kelompok 5
|
8
|
16
|
50
|
Terendah
|
Kelompok 6
|
10
|
16
|
63
|
|
Kelompok 7
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 8
|
12
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
11
|
16
|
69
|
|
2)
Hasil observasi siklus 1 tentang
aktivitas guru dalam PBM, yakni aktivitas guru dalam kegiatan belajar
mengajar pada siklus 1 masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau
61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena guru lebih
banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa
bagaimana melakukan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
3)
Hasil evaluasi siklus 1, penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran
Selain aktivitas guru dalam PBM,
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari
skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
Grafik 1
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I

4.
Refleksi
dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan
yang terjadi pada siklus 1, sebagai berikut.
1)
Guru belum terbiasa menciptakan suasana
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT). Hal ini diperoleh dari hasil observasi
terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
2)
Sebagian siswa belum terbiasa dengan
kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe NumberedHeads
Together (NHT). Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar.
Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM
hanya mencapai 69%.
3)
Hasil evaluasi pada siklus 1 mencapai
rata-rata 6,20.
4)
Masih ada kelompok yang belum bisa
menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota
kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
5)
Masih ada kelompok yang kurang mampu
dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan
mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus 1, maka pada
pelaksanaan siklus 2 dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar
lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
b. Siklus 2
Seperti pada siklus 1, siklus 2
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan replanning. Lebih jelasnya mengenai hal
itu, sebagai berikut.
1.
Perencanaan
(Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus 2 didasarkan pada replanning siklus 1, yakni sebagai berikut.
1)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar
lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4)
Membuat perangkat pembelajaran yang
lebih mudah dipahami oleh siswa.
2.
Pelaksanaan
(Acting)
Pelaksanaan
tindakan siklus 2 didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari
refleksi siklus 1. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
1)
Suasana KBM
matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua sudah mengarah pada proses belajar
berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT).
Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja
akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan
saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui
tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
2)
Sebagian besar siswa merasa termotivasi
untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3)
Suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan sudah mulai tercipta.
3.
Observasi
dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil
observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus 2 menunjukkan perubahan yang
lebih baik daripada siklus 1. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam
PBM selama siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
2
Aktivitas
Siswa dalam Kelompok pada
Siklus 2
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Kelompok 1
|
12
|
16
|
75
|
|
Kelompok 2
|
13
|
16
|
81
|
|
Kelompok 3
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Kelompok 4
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 5
|
10
|
16
|
63
|
Terendah
|
Kelompok 6
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 7
|
12
|
16
|
75
|
|
Kelompok 8
|
13
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
74
|
|
Grafik 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM
Siklus II

2)
Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM
pada siklus 2 tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus
1. Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
3)
Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran pada siklus 2 juga tergolong sedang, yakni dari nilai skor
ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.
4)
Hasil ulangan harian siklus 2 mengalami
peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
4.
Refleksi
dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
Adapun keberhasilan yang
diperoleh selama siklus 2 ini, sebagai berikut.
1)
Aktivitas siswa dalam KBM
matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua
sudah
mengarah ke langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Siswa
mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan
guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam
melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa
meningkat dari 69% pada siklus 1 menjadi 74% pada siklus 2.
2)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam KBM
didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan
suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT). Guru secara intensif membimbing siswa
saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi
aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36% pada siklus 1 menjadi 80% pada
siklus 2.
3)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam
melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi diperoleh 6,20
pada siklus 1 meningkat menjadi 7,00 pada siklus 2.
4)
Meningkatnya rata-rata nilai ulangan
harian pada siklus 2 menjadi 6,53.
I. Simpulan
Setelah membahas hasil penelitian
tindakan kelas yang telah dilakukan, akhirnya dapat diambil simpulan guna
menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian, yaitu sebagai berikut.
1.
Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menguasai materi ajar matematika tentang pembagian bilangan angka dua menempuh
tahapan strategis berikut: (1) menyusun rencana KBM
matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua berdasarkan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT); (2) melaksanakan KBM matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka
dua, sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi kemampuan siswa setelah mengikuti KBM matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua
yang disajikan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT); dan
(4) menindaklanjuti hasil evaluasi.
|
2.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT),
terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas II SD
Negeri 1 Limusgede dalam menguasai materi ajar matematika tentang pembagian bilangan angka dua. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil evaluasi, yakni
siklus 1 mencapai 5,48 menjadi 6,53 pada siklus 2.
J. DaftarPustaka
Arikunto,
Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Barr, Robert.,
Bart, James L. & Shermis, S. Samuel. 1978. The Nature of The Social Studies. California: ETC Publication.
Borg & Gall.
2003. Educational Research. New York:
Allyn and Bacon.
Depdiknas. 1997.
Sumber dan Media Pembelajaran IPS.
Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Hermawan, Asep.
2007. Pengembangan Profesi Guru Melalui
Tindakan Reflektif dan Aplikatif Diri Menjadi Peneliti Mahir dalam Penelitian
Tindakan Kelas. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
----------------------. 2007. Strategi Peningkatan Kinerja Guru dalam Mengelola Pembelajaran Melalui
Penelitian Tindakan Kelas Secara Profesional dan Bermutu. Makalah: Tidak
Dipublikasikan.
Ibrahim,
Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: University Press.
Idrak, M.,dkk.
2007. Ringkasan Mata Pelajaran Matematika
Lengkap. Yogyakarta: Messemedia.
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Moloeng, Lexy J.
2000. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E.
2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Natawidjaja,
Rohman. 1985. Cara Belajar Siswa Aktif
dan Penerapannya dalam Metode Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Dikdasmen Depdiknas.
Nasution, S.
1989. Didaktik Asas-asas Mengajar.
Bandung: Jemmars.
Sudjana, Nana.
1991. Model-model Mengajar CBSA.
Bandung: Sinar Baru.
-------------------.
2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung : Sinar Baru.
Suprayekti.
2003. Interaksi Belajar Mengajar.
Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
Wachidi. 2000. Inovasi Kurikulum Matematika SMP di Kota
Bandung. Disertasi tidak Diterbitkan: PPS UPI Bandung.
Wiriaatmadja,
Rochiati. 2005. Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar