Rabu, 16 Oktober 2013

Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menguasai Materi Ajar Matematika Tentang Pembagian Bilangan Angka Dua Melalui Penggunaan Model Pembelajaran KooperatifTipe Numbered Heads Together (NHT) (PTK pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Limusgede, Kec.Cimerak, Kab. Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010)


A.    Judul
Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menguasai Materi Ajar Matematika Tentang Pembagian Bilangan Angka Dua Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) (PTK pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Limusgede, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010)
B.     NamaPenulis
TitiRosmayati
C.    BidangKajian
Matematika
D.    Abstrak
Abstrak
Kata Kunci: Materi Ajar MatematikatentangPembagianBilanganAngkaDua, KemampuanSiswa, dan Model PembelajaranKooperatifTipeNumbered Heads Together (NHT)
         Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran mata pelajaran Matematikatentangmateri ajar pembagianbilanganangkaduayang telah dilakukan guru dan siswa kelas II SD Negeri 1 Limusgede, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Dalam proses pembelajaran yang telahberlangsungantarsiswakurangterjadisalingbelajar. Hal inikarena guru kurangmemberikesempatankepadasiswauntukmelakukanitu.Kondisisepertiini, eratkaitannyadenganpenggunaan model pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan model pembelajarankooperatiftipeNumbered Heads Together (NHT). Ada duapokokmasalah yang diajukandalampenelitianini, yakniberkaitandenganlangkah-langkahpenggunaan model pembelajaran yang diupayakan, danefektivitaspenggunaan model pembelajarantersebutdalammeningkatkankemampuansiswa. Prosedur yang ditempuh untuk membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut, makadilakukanlahpenelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusnya menempuh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Setelah melakukan penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa kemampuansiswakelas II SD Negeri 1 Limusgedemeningkatdalammenguasaimateri ajar matematikatentangpembagianbilanganangkaduasetelahdigunakan model pembelajarankooperatiftipeNumbered Heads Together (NHT).

E.     Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Salah satu mata pelajaran yang harus dikelola secara profesional oleh setiap guru di sekolah dasar, yaitu matematika. Melalui pengelolaan yang demikian ini, diharapkan dapat mengantar siswa pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dimaksud umumnya mengarah pada penguasaan dasar-dasar matematika. Penguasaan siswa terhadap dasar-dasar tersebut, sangat penting, baik untuk bekal hidupnya maupun  untuk memudahkan proses belajar mata pelajaran ini selanjutnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Tuntutan di atas, telah dan sedang diupayakan, termasuk oleh guru kelas II SD Negeri 1 Limusgede. Upaya tersebut, ada yang berhasil mengantarkan siswa pada tingkat pemahaman tertentu. Ada pula yang kurang berhasil, seperti ketika mengantarkan seluruh siswa agar mampumelakukan pembagian bilangan angka dua. Baik upayanya yang berhasil maupun yang kurang berhasil, hal ini perlu terus diusahakan oleh guru, tentunya dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mendayagunakan berbagai komponen penentu terjadinya proses belajar siswa menuju ke arah yang diinginkan. Komponen dimaksud, meliputi: siswa, tujuan, materi pokok, kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber belajar, dan penilaian. Dalam mendayagunakan komponen-komponen tersebut, perlu diperhatikan pula model pembelajaran apa yang memungkinkan terjadinya proses belajar siswa secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Hal ini sangat penting. Terlebih lagi ketika mengupayakan kekurangberhasilan siswa dalam menguasaimateri ajar pembagian bilangan angka dua.
Berdasarkan hasil refleksi awal, dapat diketahui bahwa proses belajar siswa ketika mempelajari materi ajar pembagian bilangan angka dua tampak kurang bermakna, tidak terjadi saling belajar, tidak berani bertanya jawab dengan guru, dan terkesan acuh tak acuh. Akibat hal ini masih wajar bagi siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Akan tetapi, bagi sebagian besar siswa yang kurang cerdas, akibatnya bukan sekadar mengalami kesulitan tetapi juga pada perolehan nilai pemahamannya kurang mencapai tarap nilai yang diinginkan dalam kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Upaya yang dipandang sebagai alternatif yang tepat untuk mengatasi masalah ini, tidak sedikit. Namun di antara upaya tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe numbered to gether  dipandang paling tepat. Besar harapan melalui model pembelajaran yang diupayakan ini, proses belajar siswa sesuai dengan tujuan di dalamnya, yakni mengaktifkan, mengkreatifkan, mengefektifkan, dan menyenangkan siswa. Demi tercapainya setiap harapan tersebut, apa yang harus dilakukan guru dan siswa tidak boleh bersebrangan arah dengan ketentuan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Asher (2010: 114) bahwa “Dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas guru dan siswa tidak boleh bersimpangan dengan model yang didayagunakan untuk mencapai tujuan. Jika ini terjadi, mustahil tujuan yang diharapkan akan tercapai”. Agar tidak terjadi masalah yang tidak diharapkan ini, perlu kiranya guru dan siswa lebih dulu memahami tugas pokok dan fungsi masing-masing berkaitan dengan suatu model pembelajaran, seperti dikemukakan Kunandar (2009: 52) bahwa “Dalam suatu model pembelajaran terdapat peran serta guru dan siswa secara aktif. Guru yang perlu lebih dulu memahaminya akan menjadi penentu pemahaman siswa terhadap proses belajar yang harus ditempuh”.
Bertolak dari keseluruhan uraian di atas, apa yang menjadi masalah dan solusinya cukup jelas. Atas dasar itu yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian lebih lanjut guna membuktikan sejauh mana solusi yang diupayakan ini dapat memberi dampak yang positif, baik  terhadap perubahan perilaku belajar siswa maupun tingkat pemahamannya terhadap materi ajar pembagian bilangan angka dua.
b.      Rumusan Masalah
Pokokmasalah yang diajukandalampenelitianinidirumuskanmelaluiduapertanyaanberikut.
1.      Bagaimana langkah-langkah menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) untukmeningkatkan kemampuansiswadalammemahamimateri ajar matematikatentangpembagianbilanganangkadua?
2.      Apakah penggunaan model pembelajarankooperatiftipeNumbered Heads Togetherdapatmeningkatkanpemahaman siswaterhadapmateri ajar matematikatentangpembagianbilanganangkadua?
c.       Tujuan Penelitian
Tujuandalammelakukanpenelitian in, yaitu untuk:
1.      mengetahui langkah-langkah menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) untukmeningkatkan kemampuansiswadalammemahamimateri ajar matematikatentangpembagianbilanganangkadua;
2.      mengetahuipenggunaan model pembelajarankooperatiftipeNumbered Heads Togetherdapatmeningkatkanpemahaman siswaterhadapmateri ajar matematikatentangpembagianbilanganangkadua.
F.     KajianTeoridanHipotesisTindakan
a.      KajianTeori
1.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe inidikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) bahwa “Dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih dititikberatkan pada pelibatan siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut”. Pendapat lain dikemukakan Ibrahim (2000: 28) bahwa “Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)  merupakan suatu pendekatan untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran”.
Menurut Ibrahim (2000: 29) tiga tujuan yang hendak dicapai dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), yaitu: (1) untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, (2) agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, (3) untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Selain adanya ciri-ciri di atas juga terdapat beberapa ciri lainnya dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), seperti dikemukakan Ibrahim (2000: 29), yaitu: “(1) Kelompok hetrogen, (2) setiap anggota kelompok memiliki nomor kepala yang berbeda-beda, dan (3) berpikir bersama (Heads Together)”. Menurut Kagan (2007: 73) bahwa “Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan,sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran”. Lebih jelasnya mengenai hal itu tampak seperti pada tabel berikut.
Tabel 1Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Fase-fase
Perilaku Guru
Perilaku Siswa
Fase 1
Penomoran (Numbering)
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orangdan memberi siswa nomor.
Setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda,sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
Fase 2
Pengajuan Pertanyaan (Questioning)
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswasesuai dengan materi yang sedang dipelajari yang bervariasi dari yangspesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi.
Siswa menyimak dan menjawab pertanyaan
Fase 3
Berpikir Bersama (Heads Together)
Guru memberikan bimbingan bagi kelompok siswa yang membutuhkan.
Siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehinggasemua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
Fase 4
Pemberian Jawaban (Answering)
1.      Guru menyebut salah satu nomor





2.      Guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut
Setiap siswa dari tiapkelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas


Siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan

Adapun pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), yaitu :
1)      Tahap Pendahuluan
Langkah 1: Penomoran (Numbering):
a)      Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda.
b)      Menginformasikan materi yang akan dibahas atau mengaitkan  materi yang dibahas dengan materi yang lalu.
c)      Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran  dan menjelaskan apa yang akan dilaksanakan.
d)     Memotivasi siswa, agar timbul rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konseo yang akan dipelajari.
2)      Kegiatan Inti
Langkah 2: Pengajuan Pertanyaan (Questioning)
a)      Menjelaskan materi secara sederhana.
b)      Mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
Langkah 3: Berpikir Bersama (HeadsTogether)
a)      Siswa memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b)      Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
             Langkah 4: Pemberian Jawaban
a)        Guru menyebutkan (memanggil) suatu nomor dari salah satu kelompok secara acak.
b)        Siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan.
c)        Siswa menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas,ditanggapi oleh kelompok lain.
d)       Jika jawaban dari hasil diskusi kelas sudah dianggap betul siswa diberi kesempatan untuk mencatat dan apabila jawaban masih salah, guru akan mengarahkan.
e)        Guru memberikan pujian kepada siswa atau kelompok yang menjawab betul.
3)      Penutup
a)      Melakukan refleksi.
b)      Guru membimbing siswa menyimpilkan materi.
c)      Siswa diberikan tugas untuk diselesaikan dirumah dan mengerjakan kuis.
Ada beberapa manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) bagi siswa yang hasil belajar rendah, seperti dikemukakan Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain:
1)      Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2)      Memperbaiki kehadiran
3)      Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4)      Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5)      Konflik antara pribadi berkurang
6)      Pemahaman yang lebih mendalam
7)      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8)      Hasil belajar lebih tinggi
        Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) tidak terlepas dari kelemahan, di antaranya: (1) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, (2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru, (3) kelas cenderung jadi ramai, dan jika guru tidak dapatmengkondisikan dengan baik,keramaian itu dapat menjadi tidak terkendali.
2.      ArtiPembagian dalamMatematika
Terdapat lebih dari satu cara mendefinisikan pembagian. Berikut ini adalah beberapa definisi pembagian matematika.
1.      Pembagian sebagai kebalikan perkalian alamiah.
2.      Pengertian pembagian sebagai pengurangan berulang.
3.      Pembagian sebagai pengali.

b.      Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ajar matematika tentang pembagian bilangan angka dua”.

G.    MetodologiPenelitian
a.      Metode Penelitian
Dalam proses pemecahan masalah penelitian ini digunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). MenurutKunandar (2008: 45) bahwa penelitian tindakan kelas didefinisikan suatu penelitian tindakan (actionresearch) yang dilakukan oleh guru di kelasnya bersama-sama dengan orang lain (kolabolator) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatement) tertentu dalam suatu siklus.Sejalan dengan pendapat ahli tersebut, Syamsuddin dan Damaianti (2008: 228) mengemukakan, bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Artinya, peneliti tidak melakukan penelitian secara sendiri, akan tetapi berkolaborasi dan berpartisipasi dengan sejawat atau kolega yang berminat sama dalam hal permasalahan penelitian.
b.      Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data yang dibutuhkan. Pemilihan teknik-teknik tersebut didasarkan pada pendapat Kunandar (2008: 274) yang mengemukakan bahwa “Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas biasanya meliputi observasi, tes, wawancara, dan diskusi.”
c.       Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 1 Limusgede, Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 22 orang, yang terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Subjek lainnya, yaitu satu orang pengamat yang berasal dari guru kelas II di sekolah ini.
d.      Desain Penelitian
Desain dalam penelitian tindakan kelas disebut juga pola yang diikuti peneliti sebagai langkah konkret merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan merefleksi tindakan setiap siklus yang telah berlangsung (Kunandar, 2008: 84).
e.       Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam KBM pembagian bilangan angka dua dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dilaksanakan dalam dua siklus.
1.    Data perencanaan tindakan peningkatan kemampuan siswa dalam KBM matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk setiap siklusnya, dianalisis dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teori dan teknik persentase. Kemudian hasilnya dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik.
2.    Data pelaksanaan tindakan dalam KBMmatematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teori dan teknik persentase. Hasil analisis data melalui teknik presentase ini dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik.
3.    Data peningkatan kemampuan siswa dalam KBM matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dianalisis secara deskritif dengan menggunakan teori menulis pesan singkat dan teknik Patokan Acuan Penilaian (PAP). Hasil dari pengolahan teknik tersebut diklasifikasikan dalam kategori sangat mampu, mampu, cukup mampu, kurang mampu, dan tidak mampu.  
H.    HasilPenelitiandanPembahasan
a.      Siklus1
Siklus 1 terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replanning, seperti berikut ini.
1.      Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan (planning) tindakan siklus 1,menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
1)   Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) .
2)   Membuat rencana KBM matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
3)   Membuat lembar kerja siswa.
4)   Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus 1.
5)   Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2.      Pelaksanaan (Acting)
Pada saat awal siklus 1 pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut.
1)   Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok.
2)   Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)  secara utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut.
1)   Guru dengan intensif memberi pengertian kepada siswa kondisi dalam berkelompok, kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok.
2)   Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) .
Pada akhir siklus 1 dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi  dengan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)   Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.
2)   Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
3)   Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), memiliki langkah-langkah tertentu.
3.      Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil observasi dan evaluasi pada siklus 1 diperoleh gambaran sebagai berikut.
1)   Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Kelompok 1
11
16
69

Kelompok 2
12
16
75

Kelompok 3
14
16
88
Tertinggi
Kelompok 4
10
16
63

Kelompok 5
8
16
50
Terendah
Kelompok 6
10
16
63

Kelompok 7
11
16
69

Kelompok 8
12
16
75

Rerata
11
16
69


2)   Hasil observasi siklus 1 tentang aktivitas guru dalam PBM, yakni aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus 1 masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena guru lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
3)   Hasil evaluasi siklus 1, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
Selain aktivitas guru dalam PBM, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
Grafik 1
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I


4.      Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus 1, sebagai berikut.
1)   Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
2)   Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NumberedHeads Together (NHT). Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.
3)   Hasil evaluasi pada siklus 1 mencapai rata-rata 6,20.
4)   Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
5)   Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus 1, maka pada pelaksanaan siklus 2 dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1)   Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)   Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)   Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
b.      Siklus 2
Seperti pada siklus 1, siklus 2 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan replanning. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.      Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus 2 didasarkan pada replanning siklus 1, yakni sebagai berikut.
1)   Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)   Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)   Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4)   Membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah dipahami oleh siswa.
2.      Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan siklus 2 didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus 1. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
1)   Suasana KBM matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua sudah mengarah pada proses belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
2)   Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3)   Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
3.      Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus 2 menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada siklus 1. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)   Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2
Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus 2

Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Kelompok 1
12
16
75

Kelompok 2
13
16
81

Kelompok 3
14
16
88
Tertinggi
Kelompok 4
11
16
69

Kelompok 5
10
16
63
Terendah
Kelompok 6
11
16
69

Kelompok 7
12
16
75

Kelompok 8
13
16
75

Rerata
12
16
74


Grafik 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II
2)   Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus 2 tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus 1. Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
3)   Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus 2 juga tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.
4)   Hasil ulangan harian siklus 2 mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
4.      Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus 2 ini, sebagai berikut.
1)   Aktivitas siswa dalam KBM matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua sudah mengarah ke langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus 1 menjadi 74% pada siklus 2.
2)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam KBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36% pada siklus 1 menjadi 80% pada siklus 2.
3)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi diperoleh 6,20 pada siklus 1 meningkat menjadi 7,00 pada siklus 2.
4)   Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian pada siklus 2 menjadi 6,53.
I.       Simpulan
Setelah membahas hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian, yaitu sebagai berikut.
1.   
51
 
Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar matematika tentang pembagian bilangan angka dua menempuh tahapan strategis berikut: (1) menyusun rencana KBM matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT); (2) melaksanakan KBM matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua, sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi kemampuan siswa setelah mengikuti KBM matematika tentang materi ajar pembagian bilangan angka dua yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT); dan (4) menindaklanjuti hasil evaluasi.
2.    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas II SD Negeri 1 Limusgede dalam menguasai materi ajar matematika tentang pembagian bilangan angka dua. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil evaluasi, yakni siklus 1 mencapai 5,48 menjadi 6,53 pada siklus 2.


J.      DaftarPustaka
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Barr, Robert., Bart, James L. & Shermis, S. Samuel. 1978. The Nature of The Social Studies. California: ETC Publication.
Borg & Gall. 2003. Educational Research. New York: Allyn and Bacon.
Depdiknas. 1997. Sumber dan Media Pembelajaran IPS. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Hermawan, Asep. 2007. Pengembangan Profesi Guru Melalui Tindakan Reflektif dan Aplikatif Diri Menjadi Peneliti Mahir dalam Penelitian Tindakan Kelas. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
----------------------. 2007. Strategi Peningkatan Kinerja Guru dalam Mengelola Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas Secara Profesional dan Bermutu. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Idrak, M.,dkk. 2007. Ringkasan Mata Pelajaran Matematika Lengkap. Yogyakarta: Messemedia.
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Moloeng, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Natawidjaja, Rohman. 1985. Cara Belajar Siswa Aktif dan Penerapannya dalam Metode Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Dikdasmen Depdiknas.
Nasution, S. 1989. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Sudjana, Nana. 1991. Model-model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru.
-------------------. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
Wachidi. 2000. Inovasi Kurikulum Matematika SMP di Kota Bandung. Disertasi tidak Diterbitkan: PPS UPI Bandung.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar